Bicara Swasembada, Mungkin Swasembada Susu di Cina Bisa Ditiru Indonesia.

Saat ini, China adalah salah satu negara adidaya di Asia. Hampir dari semua sektor mereka berhasil unggul, khususnya pada sektor pertanian. Bisa kita lihat, saat ini banyak sekali produk-produk pertanian China, khususnya produk susu dan olahannya yang menjamur di Eropa, Amerika, dan di Asia. Produk tersebut memiliki keunggulan yaitu harga yang murah. Membuat produsen lokal sedikit kewalahan jika produk China masuk ke pasar yang sama dengan mereka.

Saat ini, China menempati urutan ketiga negara yang paling banyak memproduksi susu di dunia dengan jumlah 35,7 juta ton per tahun. Peringkat pertama ditempati Amerika Serikat dengan jumlah 91,3 juta ton per tahun. Diikuti India dengan jumlah 60,6 juta ton per tahun. Indonesia? Ditahun 2017 Indonesia hanya mampu memproduksi 0,9 juta ton pertahun. Mengakibatkan hampir 82% susu harus diimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu di dalam negeri.

China memang luar biasa, mengapa negara ini bisa sedigdaya ini? Berikut adalah penjelasannya.

1978 (Revolusi Ekonomi China)

Pada awal tahun 1970’an, pertumbuhan ekonomi China hanya berkisar di angka 3%. Sistem pemerintahan yang bersifat sosialis-komunis membuat perkembangan ekonomi China pada periode ini tidak banyak berkembang. Konsentrasi kegiatan ekonomi lebih banyak berputar pada sector pertanian tradisional, sehingga memasukkan China dalam kategori Negara yang sedang berkembang (developing country).

Dalam perkembangan berikutnya, China melakukan reformasi besar-besaran di bidang ekonomi. Reformasi ekonomi China dimulai dengan melakukan pembangunan wilayah pedesaan (rural development) dimulai sejak 1978 sampai dengan 1984, dengan memberikan keleluasaan bagi masyarakat local untuk mengelola sector pertanian dan menjual hasil pertanian dari lahan yang mereka gunakan, serta memalui pemberian kredit sampai dengan jumlah tertentu untuk membantu para petani. Hasilnya adalah meningkatkan produksi pertanian, efesiensi pada proses produksi, hingga tingginya produktivitas para pekerja sector ini; sehingga mendorong munculnya banyak wirausahawan di sector pertanian, yang diikuti dengan meningkatnya investasi dan tabungan masyarakat pedesaan.

Tahap kedua adalah reformasi ekonomi terkait masalah perkotaan (urban sector), yang dimulai segera setelah berhasilnya reformasi wilayah pedesaan sampai dengan awal 1990’an. Salah satu upaya adalah dengan menerbitkan ijin bagi perusahaan-perusahaan yang telah memenuhi persyaratan tertentu, untuk mengelola usahanya secara mandiri, tanpa campur tangan Negara. Hasilnya adalah sistem manajemen yang lebih efisien dan efektif, sehingga menunjang kegiatan perekonomian, khususnya dalam industri manufaktur.

GDP ChinaTahap selanjutnya dari reformasi ekonomi dimulai awal tahun 1990’an, antara lain dengan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada sektor usaha pribadi, kemudian melakukan reformasi peraturan tentang migrasi antara wilayah rural-urban, sistem perbankan, sistem perpajakan, perdagangan luar negeri, serta foreign direct investment untuk menigkatkan laju perekonomian nasional. Dapat disimpulan, kebijakan ekonomi Cina sukses. Pertumbuhan ekonomi Cina selama tiga dekade terakhir hingga tahun 2010 mencapai rata-rata 10%.

1993 (Tahap I Revolusi Putih China)

Pada awal tahun 1990’an keberhasilan pemerintah memproduksi dan mengelola hasil produksi pertaniannya membuat masyarakat China bisa mengkonsumsi dan memperdagangkan komoditas pertaniannya menyamai Negara-negara asia timur lainnya. Saat itu China menjadi produsen terbesar untuk komoditas buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian, dan daging. Namun, ada satu komoditas, dimana China masih tertinggal dengan Negara-negara asia timur lainnya, yaitu: Susu. Tahun 1992, konsumsi susu per kapita masyarakat China hanya 4,81 kg/orang. Sedangkan saat itu, konsumsi susu per kapita masyarakat Jepang mencapai 40,96 kg/orang, dan konsumsi susu per kapita masyarakat India mencapai 31,78 kg/orang.

Masih kecilnya angka konsumsi susu di masyarakat China dikarenakan kecilnya angka produksi susu lokal di dalam negeri dan kecilnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu. Masyarakat China sendiri sudah mengenal susu sejak lama.

“Milk was often consumed in the form of two traditional dishes, “Lao” and “Su,” meaning yogurt and milk pastry,  Both are popular Chinese street foods that have been around for hundreds of years”, Thomas DuBois (www. cornellsun.com)

Untuk itulah, pemerintah Cina mendorong dan memfasilitasi para peternak susu lokal untuk meningkatkan produksi susu, dan turut ikut mengkampanyekan dan membuat program-program  untuk meningkatkan konsumsi susu kepada seluruh masyarakatnya.

Mengadaptasi dari keberhasilan pemerintah China yang berhasil mengembangkan komoditas lain, pola yang digunakan untuk mengembangkan sektor susu juga hampir sama. Pemerintah akan menggandeng investor lokal ataupun luar untuk melakukan investasi secara total di beberapa provinsi yang memiliki potensi iklim untuk komoditas tersebut. Pemerintah akan membentuk sebuah BUMN dimana perusahaan tersebut akan dikelola oleh para investor yang bekerja sama dengan pemerintah dengan pengawasan langsung oleh pemerintah. Ditambah lagi dengan kemudahan pajak dan izin usaha. Setelah itu, untuk memenuhi skala minimal dalam memproduksi produk susu. Pemerintah akan memaksimalkan pengelolaan usaha tersebut dengan berinvestasi pada teknologi penunjang produksi, riset, dan melakukan pemerataan penduduk untuk menunjang percepatan pengembangan sektor tersebut.

1999 (Tahap II Revolusi Putih China)

Pada tahap kedua, tepatnya tahun 1999, Setelah produksi susu di China mulai meningkat pesat. pemerintah memulai propaganda dan kampanye kepada seluruh masyarakatnya untuk mulai mengkonsumsi susu setiap hari. Hal ini terbukti, di tahun tersebut. Susu merupakan minuman wajib yang harus dikonsumsi di setiap sekolah-sekolah di China. Pemerintah sadar, bahwa susu memiliki banyak manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Untuk itulah, ditahun 1999. Pemerintah China membuat sebuah program revolusi putih. Produk susu lokal mulai didistribusikan ke seluruh kota dan desa di dataran China. Masyarakat China seperti dipaksa  untuk mengkonsumsi susu setiap hari.

“The propaganda of International Milk Day in China started in 1999. People were encourged to drink milk from then on. When I was in primary school (15-10 years ago), the specialized milk for pupils was supplied every day as long as parents paid money. Chinese adults are not fond of milk? I don’t think so. My father and grandparents drink milk or yogurt every day. So do I. Actually 5/6 of my roommates drink milk or yogurt every day. Generally saying, Chinese people’s stomaches can incorporate diverse things  which might beyond your imagination,
So it really didn’t take a long time for our digest system to adapt milk.”,
Hannah Wang, Ph.D (www. quora.com).

Dairy ChinaDengan ditunjang oleh kebijakan pemerintah yang sangat mendukung peningkatan konsumsi susu, serta didukungnya para petani susu dengan kebijakan-kebijakan yang memudahkan mereka untuk memproduksi susu. Hal inilah yang menyebabkan bisnis susu di China berkembang pesat. Inilah awal mula berkembangnya bisnis susu di negara tirai bambu tersebut.